Rusia Serang Wilayah Suriah yang Dikendalikan Turki Dengan rudal

0
145

Update.com| Wilayah Suriah barat laut yang dikendalikan Turki diterjang  Rudal-rudal balistik milik Rusia pada Senin (15/03/2021) kemarin. Karena serangan itu, dikabarkan Turki  mengirim pemberitahuan ke Moskow untuk berhenti menembak.

Serangan tersebut bertentangan dengan gencatan senjata yang disepakati Moskow dan Ankara pada Maret 2020, yang menurut para ahli dapat berdampak lebih luas. Saat ini, pasukan Turki di wilayah Suriah bersiaga.

Diduga bahwa rudal-rudal Rusia  ditembakkan dari pangkalan Kweyris di Aleppo dan menargetkan kilang minyak di Suriah bawah laut yang dikendalikan Turki. Itu adalah serangan kedua dalam sembilan hari.

Wilayah ini dianggap penting untuk menyediakan minyak bagi rumah tangga, petani, toko roti, dan bisnis lainnya. Kilang tersebut digunakan untuk memurnikan sekitar 40 persen minyak mentah yang berasal dari wilayah yang dikendalikan oleh pasukan YPG Kurdi Suriah, yang sebagian besar digunakan untuk generator, pemanas, maupun mesin.

Rusia ingin mengonsolidasikan kepentingan geopolitiknya di kawasan itu, sambil memperingatkan Ankara tentang kemungkinan pemulihan hubungan dengan Amerika Serikat (AS). Namun, serangan itu dapat mendorong Ankara untuk mencari sekutu dalam perselisihan apa pun dengan Rusia.

“Pemerintahan [Presiden AS Joe] Biden harus menepati janjinya dan bekerja dengan kami untuk mengakhiri tragedi di Suriah dan melindungi demokrasi,” kata Recep Tayyip Erdogan,  Presiden Turki seperti dikutip Arab News, hari ini,  Selasa (16/03/2021).

Menurut  Emre Ersen, pakar hubungan Turki-Rusia di Universitas Marmara di Istanbul, mengatakan insiden terbaru sekali lagi menunjukkan rapuhnya keseimbangan geopolitik di Suriah, karena terjadi hanya beberapa hari setelah pertemuan antara para menteri luar negeri dari Turki, Rusia, dan Qatar tentang solusi krisis Suriah.

“Meskipun telah berkembang hubungan khusus antara Ankara dan Moskow dalam beberapa tahun terakhir, perbedaan mereka mengenai solusi konflik regional dapat dengan mudah memicu krisis baru dalam hubungan bilateral,” kata Ersen.

Lebih lanjut  Ersen mengatakan, ketegangan semacam itu juga dapat memengaruhi hasil negosiasi jet tempur Su-35 Rusia, meskipun Turki sejauh ini berusaha memilah-milah masalah ini dalam hubungannya dengan Rusia.

“Kedua negara masih saling membutuhkan untuk mewujudkan tujuan mereka di Suriah. Itulah mengapa apa yang disebut ‘perkawinan kenyamanan’ Turki-Rusia di Suriah akan dipertahankan setidaknya dalam jangka pendek,” Beber Ersen.

Sementara itu,  Navvar Saban, dari Omran Center for Strategic Studies yang berbasis di Istanbul, mengatakan Rusia dan Turki masih memiliki front bersama di Idlib, Perisai Efrat, dan Suriah timur, dan masing-masing front memiliki karakteristik dan tujuannya sendiri.

Navvar Saban berpendapat bahwa serangan terbaru Rusia bertujuan untuk menguji seberapa besar keinginan Turki untuk maju dengan menargetkan kilang-kilang tersebut.  Serangan ini adalah pesan langsung untuk menunjukkan apa yang dapat mereka targetkan dan untuk memahami tanggapan Turki

“Ini adalah kesepakatan yang rapuh di berbagai bidang. Rusia memiliki keunggulan untuk saat ini dan Turki perlu mengirimkan pesan yang jelas dan langsung untuk menjaga keseimbangan kekuatan,” tandas Navvar Saban .

Masih menurut Navvar Saban,  Rusia ingin Turki memastikan keamanan jalan raya M4 dan untuk melenyapkan kelompok ekstremis di daerah itu. Di sisi timur, Rusia menginginkan perjanjian gencatan senjata untuk mencegah Turki maju lagi di daerah itu.

Navvar Saban  juga mengatakan ada ketidaksepakatan di antara para ahli mengenai sejauh mana Damaskus dapat melakukan tindakan militer terhadap Turki secara independen dari Rusia.

Disis lain, Anton Mardasov, seorang sarjana non-residen di program Middle East Institute’s Syria, tidak berpikir bahwa serangan rudal baru terkait dengan peringatan apa pun dari pihak Rusia. menurutnya,  Serangan rudal terakhir adalah inisiatif independen oleh Damaskus.

“Pengamat luar terlalu membesar-besarkan pengaruh Rusia pada tentara Suriah. Hal utama bagi Moskow adalah menghilangkan beban ekonominya, jadi lebih memilih untuk bertindak diam-diam,” katanya. “Damaskus tertarik pada PR [public relation] sebelum pemilu dan skandal baru untuk menyeret Rusia ke dalam rekonstruksi,” tutur Mardasov. (iu)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini