Update.com| Sebuah partai Islam konservatif membuat kejutan besar pada Pemilu Israel ketika partai itu berhasil meraih kursi di Parlemen. Dengan adanya kursi di parlement, maka Pemimpin partai itu kini muncul sebagai kingmakers bagi politik di Israel.
Berbeda dengan kelompok politik Arab lainnya, Mansour Abbas dan partainya tidak menutup kemungkinan bergabung dengan pemerintah Israel. Abbas menyatakan siap untuk terlibat dengan kubu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atau para pesaingnya.
“Kami siap untuk terlibat dengan kubu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atau para pesaingnya. Saya tidak berada di saku siapa pun,” kata Abbas kepada stasiun radio Israel dilansir oleh AFP, hari ini, Jumat (26/03/2021).
Diperkirakan bahwa partai pimpinan Mansour Abbas berada di jalur untuk memenangkan lima kursi di Knesset atau Parlemen Israel yang beranggotakan 120 orang, dengan sekitar 90 persen suara telah dihitung.
Dampak dari pemilu Israel terbaru tidak memberikan jalan yang jelas bagi Netanyahu atau saingannya untuk membentuk pemerintahan. Kondisi itu menyiapkan panggung untuk pembicaraan koalisi yang berlarut-larut.
Pada pemilu tahun lalu partai Raam telah menjadi bagian dari aliansi Daftar Gabungan yang sebagian besar orang Arab. Namun aliansi itu retak awal tahun ini di tengah perpecahan ideologis antara Abbas dan mantan mitranya.
Diketahui bahwa gaya politik Abbas yang konservatif, lama berselisih dengan faksi-faksi Arab Israel lainnya, termasuk mereka yang memiliki akar komunis.
Jelang pemungutan suara hari Selasa, Abbas menunjukkan keterbukaan untuk berurusan dengan Netanyahu, meskipun perdana menteri Israel tersebut telah menjelekkan orang Arab-Israel di berbagai titik melalui karier politiknya.
Abbas berpendapat bahwa para pemimpin Arab memiliki tanggung jawab untuk bermitra dengan siapa pun yang berkuasa untuk mengatasi epidemi kejahatan yang mengguncang komunitas Arab.
Analisis oleh media setempat menunjukkan bahwa kekuatan gabungan dari partai-partai pro-Netanyahu yang dideklarasikan adalah 52 kursi sementara mereka yang berusaha untuk mengakhiri pemerintahan panjangnya memperoleh 56 kursi.
Bagi Netanyahu, itu berarti mengamankan mayoritas 61 kursi dapat membutuhkan aliansi dengan mantan anak didiknya yang terasing, tokoh nasionalis religius Naftali Bennett yang diperkirakan akan mengontrol tujuh kursi dengan Abbas.
Blok pro-Netanyahu setelah pemungutan suara hari Selasa juga mencakup blok Zionisme Agama ekstremis sayap kanan yang anggotanya telah melontarkan retorika anti-Arab yang menghasut.
Masa depan partai Raam dan Zionisme Agama diharapkan untuk duduk dalam koalisi yang stabil di bawah Netanyahu tampak suram. Bagi kubu anti-Netanyahu yang terpecah secara ideologis, melibatkan Abbas juga bisa menjadi hal yang rumit.
Faksi politik ini termasuk partai sentris sekuler Yesh Atid, yang dipimpin oleh Yair Lapid, kubu sayap kanan religius yang membelot dari Likud partai milik Netanyahu, serta saingan Abbas dalam aliansi Daftar Gabungan.
Masih menurut AFP, Amal Jamal, seorang analis di Universitas Tel Aviv, mengatakan Abbas tidak memiliki garis merah dan dapat menyelaraskan dengan kubu mana pun yang paling sesuai dengan kepentingannya. Dia akan menggoda semua pihak untuk mencoba dan mencapai apa yang dia inginkan. (iu)
Mantap demokrasi jalan
lanjut
Bagulah ada warna baru politik disana
Kerennn
Apa ajalah kita terima kan kita negara lain
mantul
Gabung PM Netanyahu aja… Biar ga brutal lagi dia
Pantau aja lah
Partai Pro Netanjahu…
Ideologi yg terbuka…why not
Toleransi yang baik antar Yahudi,Islam,Dan Kristen
Ada yg Pecah Kongsi, its fine.. Selama masih satu perjuangan.
Mantap tuui