Selamat Jalan Umbu Landu Paranggi Penyair Legendaris Yang Bergelar Presiden Malioboro

16
263

Updte.com| Sastrawan nyentrik dan Penyair legendaris Umbu Landu Paranggi dikabarkan meninggal dunia dalam usia 77 tahun di Rumah Sakit Bali Mandara, Sanur, Denpasar, Bali , hari ini, Selasa (06/04/2021) dini hari. Berita wafatnya Umbu ramai dikabarkan melalui media sosial oleh kolega Umbu di dunia  sastra.

Pria Sumba yang lebih dikenal dengan gelar Presiden Malioboro banyak beraktifitas di kawasan Malioboro, Yogyakarta dalam dasawarsa 1970an bersama PSK (Persada Studi Klub). PSKdidirikannya dengan sekian banyak kawan dan muridnya. Di antaranya seperti Linus Suryadi AG, Iman Budi Santosa, Korrie Layun Rampan, Emha Ainun Nadjib, Eko Tunas, dan lainnya.

Berita terkait wafatnya sosok  Umbu ramai dikabarkan banyak pegiat sastra melalui media sosial. “Sahabat kita, bung Umbu, berpulang. Guru batin kami pamitan dinihari tadi,” tulis penyair Warih Wisatsana di akun Facebooknya.

Kepergian  Umbu menjadi kabar duka yang mendalam yang disampaikan oleh Komunitas Kenduri Cinta dalam akun Twitter @kenduricinta yang mengungkapkan duka cita mendalam atas meninggalnya Umbu. “Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun… Duka kami, mengantarmu ke huma yang sejati Bapak Umbu Landu Paranggi. Pada hari Selasa tanggal 6 April 2021 pukul 03.55 WITA di RS Bali Mandara. #MaiyahBerduka.”

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang lama tinggal di Yogyakarta turut menyampaikan Ucapan duka cita. “Selamat jalan Umbu Landu Paranggi. Presiden Malioboro sekaligus guru dari para guru penyair Tanah Air,” tulis Ganjar di akun twitter @ganjarpranowo.

“Umbu Landu Paranggi, mahaguru para penyair di Indonesia, wafat. Pergilah kuda Sumba kami. Dalam kilat derapmu. Menuju ufuk jauh. Ringkikmu menggema, di ladang ilalang terbuka Folded hands,” tulis @puthutea.

Presiden Malioboro itu  lahir di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, 10 Agustus 1943. Awalnya, pada tahun 1969, Umbu mengasuh rubrik sastra di mingguan Pelopor Yogya. Kantornya ada di Jalan Malioboro.

Umbu Landu Paranggi bersama Iman Budhi Santosa, Teguh Ranusastra Asmara, Ragil Suwarno Pragolopati, Suparno S. Adhy, Ipan Sugiyanto Sugito, Mugiyono Gitowarsono, kemudia mendirikan Persada Studi Klub (PSK).

Sebenarnya, Umbu pernah pulang kampung ke Sumba pada tahun 1975. Tiga tahun kemudian dia menetap di Bali. Pada 1979, ia menjadi redaktur sastra di harian Bali Post dan menjadi guru bagi para sastrawan muda Bali. Beberapa muridnya di Bali antara lain, Putu Fajar Arcana, Cok Sawitri, Oka Rusmini hingga Raudal Tanjung Banua.

Umbu Landu Paranggi merupakan alumnus jurusan Sosiatri, Fisipol UGM ini betah menetap dan banyak berkesenian di Bali hingga meninggal. Banyak pencapaian dan pengakuan atas sepak terjangnya sebagai penyair atau seniman. Antara lain Umbu mendapatkan Penghargaan Seni dari Akademi Jakarta pada tahun 2019 lalu. (iu)

16 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini