Situs Resmi Bank Dunia Sebutkan Belanja Publik Afghanistan Sekitar 75% Ditopang Hibah Asing

11
152

 

Update.com| Kembalinya kekuasaan Taliban di Afganistan menjadi topik internasional terhangat yang dibahas oleh media. Dengan  Taliban merebut Afghanistan membuat kondisi negara itu tampak kacau balau. Orang-orang di sana berlarian untuk melarikan diri dari sana, bandara membludak, ancaman kehancuran ekonomi pun sudah di depan mata.

Meskipun jadi rebutan,  Afghanistan tidak lebih  dari sebuah negara yang menggantungkan diri pada  bantuan asing. Data yang dilansir oleh  situs resmi Bank Dunia, hari ini, Sabtu (21/08/2021) menunjukkan hibah asing menjadi penopang 75% dari belanja publik Afghanistan.

Terkait  pengeluaran untuk keamanan negara sebanyak 28% dari PDB pada 2019, angka itu jauh lebih besar dibandingkan negara lain yang berpenghasilan rendah, hanya 3% dari PDB mereka. Jadi, pengeluaran negara sangat bergantung dari bantuan asing.

Kondisi ekonomi yang sulit telah mendera Afghanistan pasca Taliban berkuasa 20 tahun lalu. Pendapatan di sana didominasi dari pendapatan pertanian sekitar 60%, kemudian 44% merupakan tenaga kerja di bidang pertanian.

Bisnis di Afganistan dikategorikan sulit, menduduki peringkat ke-173 dari 190 negara, berdasarkan laporan dalam Survei Doing Business 2020. Selain itu, Afganistan  menjadi sarang bisnis gelap, mulai dari produksi, ekspor, lapangan kerja, dan termasuk produksi opium, penyelundupan, dan penambangan ilegal.

Pada kurun waktu 2003 hingga 2012E konomi Afghanistan sempat mengalami pertumbuhan yang baik. Itupun karena ditopang oleh bala bantuan asing yang didapat pada 2002 setelah Taliban berhasil digulingkan oleh Amerika Serikat (AS).

Dari keterangan Bank Dunia menyebutkan pertumbuhan tahunan ekonomi Afghanistan rata-rata 9,4% antara tahun 2003 dan 2012 karena  didorong oleh booming sektor jasa yang didorong oleh bantuan, dan pertumbuhan pertanian yang kuat.

Ekonomi Afganistan  mulai melambat lagi pada 2015 hingga 2020. Pertumbuhan ekonomi negara itu hanya 2,5%. Hal itu disebabkan oleh aliran bantuan merosot tajam dari sekitar 100% dari PDB pada tahun 2009 menjadi 42,9% dari PDB pada tahun 2020. Penurunan hibah menyebabkan kontraksi yang berkepanjangan dan  situasi kini makin memburuk, dengan bangkitnya Taliban. (iu)

11 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini