Fenomena Saling Serang Antar Kandidat Bukti Belum Dewasa Dalam Berdemokrasi Dan Berpolitik

10
858

 

Isuterkini.com| Pemilihan Umum (Pemilu)  akan dihelat pada 14 Februari 2024 mendatang. Hingar bingar kampanye, fenomena saling  serang dan saling menjatuhkan  antar simpatisan, pendukung, tim kampanye dan bahkan kandidat menjadi tontonan sehari-hari diberbagai media.

Menyikapi hal itu, Ketua Dewan Pendiri Perkumpulan Intel Tipikor PHRI Natanael Domu Tipa P (Umbu Domu Tipa) memberikan tanggapan saat ditemui di bilangan Jakarta Selatan.

Pria yang akrab dipanggil Natan mengatakan bahwa  kampanye menjelang pemilu itu hal wajar bagi negara demokrasi. Tapi yang tidak wajar menurutnya, ketika kampanye tidak lagi diisi dengan adu ide dan adu gagasan.

“Kampanye sekarang ini terkesan bukan ajang untuk adu ide atau adu gagasan. Malah dijadikan ajang untuk saling serang, saling ngejek, saling menjelekkan. Ada kecenderungan buka-bukaan borok dan kesalahan masa lalu” kata Natan.

Dalam penjelasan lebih lanjut Natan menegaskan bahwa Pemilu sebagai pesta demokrasi lima tahunan untuk memilih pemimpin bangsa harusnya diisi dengan diskusi ruang publik yang membicarakan soal ide brilliant dan gagasan membangun bangsa selama lima tahun kedepan.

Pada kesempatan itu Natan mengingatkan bahwa tujuan bernegara adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual. Jika kampanye jelang pemilu hanya diisi dengan perdebatan yang remeh temeh maka tidak mungkin menghasilkan pemimpin yang dapat membawa kemajuan.

Masih menurut Natan, Indonesia sebagai bangsa yang besar membutuhkan pemimpin yang punya kemampuan dalam membangun bangsa dan memiliki visi global karena dunia kedepan semakin sulit kompetitif.

“Pemimpin Indonesia kedepan harus memiliki strategi yang mampu membawa Indonesia menjadi bangsa maju dan terdepan dan harus jeli membaca tanda-tanda zaman dengan visi global yang terukur” ujar Natan.

“Perlu diingat bahwa dunia saat ini tidak sedang baik baik saja. Geo-politik global sedang panas dan terjadi perang dibeberapa tempat, ekonomi dunia melambat, masalah lingkungan, cuaca ekstrim dan masih banyak lagi persoalan yang membutuhkan penanganan serius dan segerah,” lanjutnya.

Natan juga menyampaikan bahwa saat ini Indonesia membutuhkan pemimpin yang memiliki jiwa melayani, pro rakyat, pro keadilan, pro pemerataan pembangunan sehingga Indonesia menjadi bangsa yang besar dan disegani dunia.

Ketika ditanya soal fenomena kampanye saat ini,  ia menjelaskan bahwa tidak semua Calon Presiden (Capres) ofensif menyerang lawan. Meskipun ia akui bahwa ada kandidat yang mengandalkan kelemahan masa lalu lawan untuk meraup suara.

“Ya tidak semua ofensif nyerang lawan dengan borok masa lalu, meskipun ada sebagian yang mengandalkan hal itu untuk jatuhkan lawan. Menurut saya tidak baiklah kalau cuma cari kekurangan lawan saja, itu membuktikan kita belum dewasa dalam berdemokrasi dan berpolitik. Mestinya kampanye itu diisi dengan adu gagasan” papar Natan.

Pada bagian akhir Natan berharap agar para pemilih, memilih Capres tidak didasarkan pada sentiment subyektif. Ia meminta agar memilih berdasar kebutuhan kepemimpinan bangsa yang benar-benar menaruh hati, pikiran dan perasaannya untuk rakyat, bangsa dan negara. (it)

10 KOMENTAR

  1. Pemilu adalah agenda 5 tahun sekali, semoga menghasilkan pemimpin yg amanah dan bertanggung jawab kepada rakyatnya, amiin, jaya selalu intel tipikor PHRI,amiin

  2. Terjadinya penomena saling serang,antara pendukung capres,akibat dari penomena ,hampir seluruh rakyat ,dikalangan menengah ke bawah ,tanpa ada yg mngomandoi mereka merasa sangat cinta Dangan sodok seorang purnawirawan jendral mantan panglima Kostrad BPK H Prabowo dubianto.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini