Pola Pernapasan Tubuh Dapat Berpengaruh Pada Memori Otak Dan Terapi Penyembuhan Stres

8
227

 

Isuterkini.com| Para ilmuwan menyebutkan bahwa cara bernapas seseorang dapat memperkuat atau memperlemah memori otak. Dalam studi ini memanfaatkan pernafasan sebagai terapi stres. Pola pernapasan tubuh tersimpan dalam bagian otak yang disebut medulla oblongata. Di dalamnya terdapat jaringan saraf Pre-Bötzinger Complex (PreBötC).

Dikutip dari pemberitaan Science Alert,  Selasa (15/08/23) melalui pernyataan dari seorang ilmuwan saraf Nozomu Nakamura dari Hyogo Medical University Jepang yang mengatakan bahwa bernapas adalah tindakan fundamental untuk menopang kehidupan.

Namun  Nakamura belum menyampaikan secra detail pengaruh pernapasan terhadap otak, namun studi terbaru menyatakan pernapasan memainkan fungsi penting selama aktivitas otak. Penemuan ini bermanfaat dalam pengobatan masalah otak dan kesehatan jiwa.

Dari penjelasan para  ilmuwan didasarkan pada uji coba tikus yang sudah dimodifikasi struktur PreBötC di otaknya. Para peneliti menemukan fakta ketika aliran napas tikus dihentikan sementara, maka kemampuannya dalam mengenali dan mengingat obyek menurun.

Para ilmuwan menyimpulkan, ternyata pernapasan memengaruhi aktivitas hippocampus otak, yaitu kemampuan menyimpan memori jangka pendek dan jangka panjang. Uji coba lebih lanjut juga menemukan fakta bahwa tindakan memaksa tikus bernapas secara tidak beraturan malah meningkatkan fungsi memori.

Sebaliknya, ketika bernapas perlahan, memori tikus semakin memudar. Mengacu pada  penelitian sebelumnya oleh tim yang sama ditemukan fakta bahwa mengubah posisi menghela napas dan mengeluarkan napas membuat manusia kesulitan mengingat memorinya.

Melalui sebuah studi lanjutan para ahli menemukan keterkaitan antara kinerja memori yang melemah dengan deaktivasi koneksi dengan bagian memori sementara (TPJ). Fungsi TPJ di antaranya memproses informasi dari dalam dan luar tubuh serta mengenali berbagai respons tubuh.

Melalui uji coba yang dilakukan  pada tikus dengan napas yang tidak teratur memerlihatkan peran besar TPJ. Efek ini kemungkinan juga terjadi pada manusia dan menjadi tonggak studi selanjutnya. Menurut penjelasan Nakamura peran pola pernapasan dan mekanisme molekul tubuh dalam otak menjadi subyek penelitian masa depan untuk mengetahui efek toleransi stress.

Para ilmuwan berharap dengan cara bernapas yang baik dapat dilatih dan diberikan sebagai bentuk terapi depresi dan gangguan saraf yang berpengaruh terhadap kondisi kejiwaan manusia. (it)

 

8 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini