Vaksin Dosis Ketiga, Pfizer, BioNTech, dan Moderna Diperkirakan Untung Hingga Miliaran Dolar

18
200

Update.com| Saat pengadaan vaksin Covid-19 dosis ketiga atau booster vaksin,  Pfizer Inc, BioNTech, dan Moderna Inc diperkirakan dapat keuntungan  besar hingga miliaran dolar. Dari perkiraan para analis menyampaikan nilainya lebih dari keuntungan pengadaan vaksin flu biasa.

Diberitakan oleh  Reuters seperti dikutip hari ini,  Sabtu (14/08/2021), Pfizer, BioNTech, dan Moderna secara total mengantongi US$ 60 miliar setara Rp 861 triliun (kurs Rp 14.381) dari penjualan vaksin untuk 2021 dan 2022.

Pendapatan itu mencakup vaksin dosis pertama, kedua, dan potensi vaksin booster untuk negara-negara kaya. Dalam perkiraan Analis,  pendapatan Pfizer/BioNTech bisa sebesar US$ 6,6 miliar setara Rp 94 triliun pada 2023. Kemudian Moderna pendapatannya bisa mencapai US$ 7,6 miliar setara Rp 109 triliun.

Pendapatan miliaran dolar itu didominasi oleh penjualan vaksin dosis ketiga atau booster. Perusahaan mengatakan orang yang disuntik vaksin Covid-19 dua dosis kemungkinan membutuhkan dosis ekstra. Hal itu untuk mempertahankan perlindungan diri dari waktu ke waktu dan untuk menangkis varian Covid-19 yang baru.

Diketahui saat ini,  banyak negara, termasuk Chili, Jerman, dan Israel yang memutuskan untuk menawarkan dosis booster kepada lansia atau orang dengan sistem kekebalan yang lemah dalam menghadapi varian Delta yang menyebar cepat.

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS mengesahkan dosis booster vaksin Pfizer dan Moderna untuk orang dengan sistem kekebalan lemah pada Kamis malam beberapa waktu lalu. Para produsen vaksin mengatakan ada penurunan tingkat antibodi pada orang yang divaksinasi dua dosis setelah enam bulan.

Maka perlu ada dosis ketiga itu didorong adanya peningkatan tingkat infeksi di negara-negara akibat varian Delta. Beberapa data awal menunjukkan bahwa vaksin Moderna, yang memberikan dosis lebih tinggi pada awalnya, mungkin lebih tahan lama daripada Pfizer. Namun, masih perlu dibuktikan dengan penelitian apakah hal itu dipengaruhi oleh usia atau kesehatan orang yang sudah divaksinasi.

Sampai saat ini belum jelas berapa banyak orang yang akan membutuhkan vaksin booster. Selain itu, beberapa ilmuwan mempertanyakan apakah ada cukup bukti vaksin booster diperlukan, terutama untuk orang yang lebih muda dan sehat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak pemerintah untuk menunda suntikan vaksin booster sampai lebih banyak orang di seluruh dunia menerima dosis awal vaksin. (iu)

18 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini