Minggu, November 24, 2024
BerandaLiputan KhususIni Fakta Terkait La Nina Di Indonesia Menurut Penjelasan Ahli Dari...

Ini Fakta Terkait La Nina Di Indonesia Menurut Penjelasan Ahli Dari ITB & BRIN

 

Isuterkini.com|  Gangguan iklim dari Samudra Pasifik, osilasi selatan El Niño (ENSO) yang sempat mengancam Indonesia pada tahun lalu mulai melemah. Namun sayangnya, fase netral ENSO justru diperkirakan berpeluang berkembang menjadi fenomena La Nina pada semester kedua 2024 atau periode Juli-Desember.

La Nina akan memicu kondisi lebih basah dibandingkan kondisi normal sehingga meningkatkan risiko hujan ekstrem. Pakar  lingkungan dan atmosfer dari BRIN Indonesia, Prof Dr Ir Eddy Hermawan MSc merespon, El Nino dan La Nina juga menjadi perhatian dunia.

Disebutkan  tujuh lembaga riset dunia dari Australia, Kanada Eropa, Perancis, Inggris, Amerika Serikat, dan Jepang juga melakukan penelitian tentang ENSO. Hasilnya pun sama bahwa di bulan Juni hingga Juli 2024 suhu permukaan laut berada pada kondisi normal.

Berita Menarik : NASA Tunjukkan Foto-foto Mengerikan Ini Disaat Cuaca Dunia Lagi Tidak Menentu

Sementara pada bulan Agustus hingga Oktober 2024, satu hingga dua lembaga tersebut menunjukkan hasil riset menggambarkan kehadiran fenomena La Nina. Meskipun demikian, menurutnya, tidak bisa dijadikan pertimbangan pasti jika La Nina akan terjadi secara global.

Dikutip dari rilis di laman resmi ITB, hari ini, Minggu (14/07/24) Prof Dr Ir Eddy Hermawan MSc menyebutkan bahwa prediksi lembaga lainnya tetap menunjukkan kondisi iklim normal. Dalam riset tersebut dijelaskan, fenomena La Nina bisa terjadi ketika suhu permukaan laut berada pada rentang penyimpangan kurang dari -0,5 derajat Celcius.

Sedangkan El Nino terjadi saat suhu permukaan laut ada di rentang lebih dari 0.5 derajat Celcius. Prediksi berbagai institusi dunia menyatakan pada 2024 suhu permukaan laut saat ini berada pada rentang -0.5 °C sampai 0.5 °C yang memiliki arti kondisi netral.

Prof Eddy juga menjelaskan bila memandang kondisi cuaca dan musim di Indonesia tidak bisa hanya terfokus pada La Nina atau El Nino saja. Karena keadaan Indian Ocean Dipole (IOD) dapat meredam La Nina.

“Seberapapun besarnya kekuatan La Nina, kalau oleh IOD diredam, maka tidak akan memberikan impact yang besar,” kata  Prof Eddy.

Berita Menarik : Pencairan Es DiKutub Bikin Rotasi Bumi Melambat Dan Durasi Hari Menjadi Semakin Lama

Penjelasan yang disampaikan   Dr Joko Wiratmo MP,  Dosen Program Studi Meteorologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung (FITB ITB) yang juga pemerhati sistem iklim, mengatakan, terkait terjadi kapan terjadinya La Nina, setiap daerah memiliki waktu yang berbeda tergantung wilayah dan sumber lembaga riset yang ada.

Keadaan suhu permukaan laut yang netral, meskipun beberapa daerah mengalami kondisi kering tidak akan parah dibanding saat El Nino menyerang. Terkait beberapa daerah di Indonesia seperti Jakarta hingga Banten, kalaupun ada kondisi kering di bulan Juni, Juli, Agustus (JJA), kondisi kering tidak akan parah dan peluang terjadinya hujan tidak akan berkurang atau bertambah signifikan.

Selanjutnya Ia menambahkan, untuk mengetahui informasi lebih detail dapat dicari ke BMKG. Karena lembaga tersebut menggunakan data observasi yang lebih rinci dan tentu menghindari kesimpangsiuran informasi dan berita hoaks mengenai cuaca dan iklim di wilayah Indonesia. (it)

 

5 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
- Advertisment -

Postingan Populer

- Advertisment -

Komentar Terbaru