Kamis, November 21, 2024
BerandaEkonomi & FinansialBeberapa Negara BRICS Menyatakan Penolakan terhadap Langkah Dedolarisasi

Beberapa Negara BRICS Menyatakan Penolakan terhadap Langkah Dedolarisasi

 

Isuterkini.com |   Agenda dedolarisasi yang awalnya diusung oleh negara-negara BRICS kini mengalami perubahan signifikan. Sebelumnya, blok ini bertekad untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam transaksi perdagangan internasional, namun sejumlah anggota BRICS mulai menarik diri dari inisiatif tersebut.

Pemikiran untuk membebaskan diri dari dominasi dolar AS muncul karena pandangan bahwa mata uang tersebut telah mendominasi ekonomi global, sementara negara-negara lain harus berjuang untuk mengelola ekonomi mereka di bawah hegemoni dolar. Proses dedolarisasi dimulai dengan harapan untuk menciptakan sistem perdagangan yang lebih adil, namun langkah ini kini berada di persimpangan jalan setelah terjadinya perubahan besar dalam politik AS.

Kemenangan Donald Trump pada pemilu AS yang baru-baru ini berlangsung memperkenalkan ketegangan baru dalam hubungan perdagangan internasional. Trump diketahui mengancam untuk mengenakan tarif hingga 100% terhadap barang-barang dari negara-negara yang mengkritik atau mengurangi penggunaan dolar AS dalam transaksi perdagangan mereka.

Ancaman ini membuat negara-negara BRICS, yang tergabung dalam aliansi ini, mempertimbangkan kembali kelanjutan dari rencana dedolarisasi mereka. Jika tarif yang tinggi tersebut diterapkan, sektor perdagangan antar negara-negara BRICS akan merasakan dampak langsung. Kenaikan biaya perdagangan akibat tarif tambahan ini diperkirakan akan mempengaruhi sektor impor dan ekspor, yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi banyak negara BRICS.

Subrahmanyam Jaishankar, selaku Menteri Luar Negeri India, dengan tegas menyatakan bahwa negaranya tidak tertarik untuk mengikuti langkah tersebut. Subrahmanyam Jaishankar menambahkan bahwa India akan menggunakan mata uang lokal hanya ketika tidak ada pilihan lain selain menyelesaikan transaksi tanpa melibatkan dolar AS.

Ia juga menekankan bahwa India tidak memiliki kebijakan yang secara aktif mengarah pada pengurangan penggunaan dolar AS dalam perdagangan internasional. Pendekatan ini, menurut Jaishankar, bukanlah bagian dari kebijakan ekonomi atau strategi politik India. Rusia, negara BRICS lainnya, juga mulai menunjukkan sikap serupa setelah kemenangan Trump.

Presiden Vladimir Putin menyatakan bahwa dolar AS tetap menjadi pilar kekuatan bagi Amerika Serikat dan bahwa langkah-langkah yang diambil oleh negara-negara BRICS bukan dimaksudkan untuk melawan dolar. Putin menjelaskan bahwa inisiatif dedolarisasi yang diusulkan adalah bagian dari respons terhadap tantangan ekonomi global yang berkembang, bukan sebagai upaya untuk menggantikan dolar sebagai mata uang dominan. Menurutnya, ini adalah langkah untuk menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, namun bukan untuk meruntuhkan hegemoni dolar AS.

Dengan semakin banyaknya anggota BRICS yang mulai menarik dukungan terhadap inisiatif dedolarisasi, prospek masa depan rencana ini menjadi semakin kabur. Meskipun awalnya didorong oleh keinginan untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS, kenyataan bahwa langkah tersebut dapat memicu dampak ekonomi yang lebih besar membuat banyak negara BRICS berpikir ulang. Kini, aliansi ini harus menghadapi kenyataan bahwa strategi untuk mengurangi penggunaan dolar bisa berisiko merugikan ekonomi mereka, bahkan memperburuk ketegangan perdagangan dengan AS. (it)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
- Advertisment -

Postingan Populer

- Advertisment -

Komentar Terbaru