Isuterkini.com| International Monetary Fund (IMF) yakni badan Dana Moneter Internasional meminta Amerika Serikat (AS) untuk menaikkan pajak guna mengekang kenaikan tingkat utang negara itu. Meskipun demikian, IMF memuji pertumbuhan ekonomi AS yang kuat dan dinamis, serta kemajuan yang dibuatnya dalam mengendalikan inflasi.
Dalam penjelasan yang dismpaikan oleh IMF mengatakan dalam pernyataan penutup untuk tinjauan “Pasal IV” mengenai kebijakan ekonomi AS bahwa defisit dan utang yang tinggi menimbulkan risiko yang semakin besar terhadap perekonomian negara itu dan global.
“Aktivitas dan lapangan kerja tetap sesuai harapan, dan proses disinflasi jauh lebih lancar dibandingkan yang dikhawatirkan banyak orang,” kata Georgiva.
Lebih lanjut IMF mengingatkan AS karena meningkatnya defisit yang jika terus berlanjut, akan membawa rasio utang Amerika Serikat terhadap PDB ke tingkat 140% pada akhir dekade ini. Peringatan IMF mencakup layanan pensiun, Jaminan Sosial dan perawatan kesehatan.
“Defisit dan utang yang tinggi menciptakan risiko yang semakin besar terhadap perekonomian AS dan global, yang berpotensi menambah biaya pembiayaan fiskal yang lebih tinggi dan risiko yang semakin besar terhadap kelancaran perpanjangan kewajiban yang jatuh tempo,” beber Georgiva.
IMF juga merevisi perkiraan pertumbuhan PDB AS 2024 menjadi 2,6% dari perkiraan 2,7% dalam World Economic Outlook lembaga pemberi pinjaman global tersebut pada April 2024. Sementara pertumbuhan AS pada 2025 diproyeksi turun menjadi 1,9%, tidak berubah dari perkiraan April, dan tetap di atas 2% hingga akhir dekade ini.
Dalam perkiraan yang disampaikan IMF, inflasi AS akan kembali ke target Federal Reserve sebesar 2% pada pertengahan tahun 2025, jauh lebih cepat dibandingkan perkiraan The Fed yang akan kembali ke targetnya pada 2026.
Lebih lanjut Georgiva menjelaskan, perkiraan IMF lebih optimis karena lintasan inflasi saat ini menunjukkan pengembalian yang lebih cepat ke target, sebagian karena kuatnya belanja konsumen AS yang didorong oleh kekayaan yang diperoleh setelah pandemi COVID-19 mereda dan pasar tenaga kerja mendingin.
Masih menurut IMF, AS juga harus mereformasi program pemberian hak, pemotongan yang Biden dan saingannya dari Partai Republik Donald Trump telah berjanji untuk tidak melakukannya, dan menaikkan ambang batas kelayakan Kredit Pajak Penghasilan bagi pekerja yang belum punya anak. Georgieva mengatakan, IMF tengah meninjau untuk memberikan jalur kebijakan bagi AS.
IMF mengungkapkan bahwa peningkatan tarif AS dan hambatan perdagangan lainnya serta meningkatnya penggunaan kebijakan industri yang menguntungkan perusahaan domestik merupakan risiko negatif bagi perekonomian AS dan global, yang berpotensi mendistorsi arus investasi dan melemahkan sistem perdagangan global.
Sebaliknya, IMF meminta Washington untuk mengatasi perbedaan pendapat dengan mitra dagangnya melalui negosiasi dan memperkuat Organisasi Perdagangan Dunia. Georgiva menyarankan Federal Reserve (The Fed) untuk tetap menunggu menurunkan suku bunga sampai akhir tahun ini.
Georgiva menilai bahwa AS sebagai satu-satunya negara G20 yang mengalami pertumbuhan di atas tingkat sebelum pandemi, dan pertumbuhan yang kuat menunjukkan risiko kenaikan inflasi yang sedang berlangsung.
Diketahui bahwa kekuatan Ekonomi AS selama siklus kenaikan suku bunga The Fed dibantu oleh pasokan tenaga kerja dan peningkatan produktivitas, kata Georgieva, sambil menyoroti perlunya bukti yang jelas bahwa inflasi AS akan turun ke target 2% sebelum The Fed menurunkan suku bunganya. (it)
Apapaun kata dunia, kalau berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi amerka (AS) dunia jadi pusing
Berdoa dan berharap semoga keadaan ekonomi duna menjadi semakin baik kedepan
Kalau ekonomi morat marit, harga melambung , resesi maka krisis ekonomi akhirnya
Kalau semua sudah kacau yang pasti kerusuhan terjadi dimana mana yang korban pasti rakyat kecil
Baca berita dan komentar dalam berita ini jadi makin pusing soalnya ekonomi itu berhubungan dengan hayat hidup orang banyak
Mari optimis Indonesia bakal tangguh hadapi masalah global
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diatas 5% masih kuatlah menghadapi resesi global