Isuterkini.com| Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani hadir dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional 2024. Sri Mulyani baru saja kembali dari menghadiri Pertemuan Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FCMBG) negara anggota G20 di Brazil.
Dalam moment tersebut, Sri Mulyani menyampaikan Kabar buruk mengenai kondisi perekonomian dunia. Kabar kurang baik itu disampaikan kepada menteri ATR/BPN Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) beserta jajaran yang mengikuti Rakernas.
“Saya baru kembali dari G20, sedikit oleh-oleh untuk Mas AHY,” kata Sri Mulyani saat memberikan pemaparan di acara Rakernas ATR/BPN, dikutip Sabtu (09/03/24) kemarin.
Lebih lanjut Sri Mulyani mengatakan kondisi perekonomian dunia di 2024 masih diprediksi lemah dan tidak baik-baik saja. Menurut dia, kondisi itu disebabkan oleh efek pandemi Covid-19 dan ketegangan geopolitik akibat perang.
Bendahara negara itu juga menjelaskan, saat pandemi berlalu, pemulihan ekonomi dunia yang kuat dan berkelanjutan diharapkan terjadi. Namun yang terjadi justru muncul scaring effect yang menyebabkan akibat mendalam kepada perekonomian, karena pemulihan tidak berjalan secara seimbang.
“Ketika ekonomi dunia mengalami kontraksi diharapkan waktu itu terjadi pemulihan yang kuat dan berkelanjutan, namun karena ada pengaruh scaring effect atau efek mendalam dari ekonomi, pemulihan tidak berjalan secara seimbang,” papar Sri Mulyani.
Masih menurut Sri Mulyani, kondisi perekonomian itu diperparah oleh ketegangan politik akibat perang. Harga pangan dan energi, kata dia, naik secara signifikan. Kenaikan itu kemudian mendorong inflasi yang tinggi di banyak negara maju.
Selanjutnya Sri Mulyani mencontohkan inflasi di negara Eropa yang biasanya 0% kini justru naik. Begitupun di Jepang yang biasanya mengalami inflasi rendah bahkan deflasi, kini harus berhadapan dengan inflasi yang tinggi.
“Adanya kombinasi kenaikan harga pangan dan energi dan disrupsi rantai pasok, inflasi terjadi di berbagai negara maju,” tandas Sri Mulyani.
Dalam pandangan Sri Mulyani, kenaikan harga-harga itu direspons dengan naiknya suku bunga oleh bank sentral negara-negara maju. Kenaikannya, kata dia, tidak kecil, bahkan mencapai hingga 500 basis poin dan dalam periode yang cukup lama.
Kondisi yang kerap disebut higher for longer itu berimbas kepada negara berkembang seperti Indonesia. Kata Sri Mulyani, suku bunga menjadi seperti vacuum cleaner yang menyedot modal-modal asing keluar dari negara berkembang.
“Modal cenderung keluar, karena suku bunga seperti menyedot kapital itu dari negara berkembang dan emerging, ini yang menyebabkan negara berkembang mengalami tekanan mata uang dan banyak yang kondisi fiskalnya tidak sehat,” papar Sri Mulyani.
Sri Mulyani berpesan, kondisi dunia yang tidak baik-baik saja ini dibutuhkan konsolidasi yang kuat antar Kementerian dan lembaga di dalam negeri. Menurut dia, Kementerian ATR/BPN yang dipimpin AHY dapat mengambil peran yang penting karena berkaitan langsung dengan investasi dan perekonomian. (it)
Semoga indonesia, bisa melewati masa-masa sulit ini
Yang Kita harapkan, pengusaha Mikro bisa tetap eksis.
Udah cukup dah perang-perang mulu jadi efeknya kemana-mana
Apa para Elit-elit politik dunia ngak menyadari kalau efek dari perang itu global dan yang kena imbas Rakyat
Krisi global sudah tidak bisa dihindari, makanya kita sebagai negara berkembang harus hati2
Kalau Krisis yang paling berasa itu di kota-Kota Besar.kalau di kampung mah ngak begitu terasa
Semoga Indonesia terhindarkan dari krisis
Tanpa ibu ngomong, kayaknya rakyat jg sdh bisa prediksi karena imbas perang dlll