Kamis, November 21, 2024
BerandaLiputan KhususIni Alasan Kenapa Muda-Mudi RI Makin Banyak Yang Memilih Untuk Kumpul Kebo

Ini Alasan Kenapa Muda-Mudi RI Makin Banyak Yang Memilih Untuk Kumpul Kebo

 

Isuterkini.com|  Praktik kumpul kebo sering menjadi sorotan publik karena bertentangan dengan nilai-nilai hukum dan agama di Indonesia. Kumpul kebo merupakan pasangan hidup bersama tanpa ada ikatan pernikahan yang sah semakin sudah marak terjadi.

Disebutkan bahwa faktor utama yang mendorong memilih kumpul kebo adalah sebagai pergeseran pandangan terhadap pernikahan. Serta berkaitan dengan hubungan yang lebih longgar dalam hal komitmen daripada pernikahan menurut The Conversation.

Bahanya lagi,  anak muda memandang pernikahan adalah hal normatif dengan aturan yang rumit. Sebagai gantinya, mereka memilih kumpul kebo sebagai hubungan yang lebih murni dan bentuk nyata dari cinta.

Berbeda dengan  di Eropa Barat dan Utara, Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia baru hal itu dianggap biasa. Sementara  di Asia yang menjunjung tinggi budaya, tradisi, serta agama, “kumpul kebo” tidak mendapatkan pengakuan legal.

Jikapun terjadi, kumpul kebo hanya berlangsung dalam waktu yang singkat dan dinilai sebagai langkah awal menuju pernikahan. Di Indonesia, studi pada 2021 berjudul The Untold Story of Cohabitation mengungkapkan bahwa kumpul kebo lebih banyak terjadi di Indonesia bagian Timur.

Peneliti ahli muda dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Yulinda Nurul Aini, menyampaikan  ada tiga alasan mengapa pasangan di Manado yang merupakan lokasi penelitiannya memilih untuk kumpul kebo bersama pasangan, yakni beban finansial, prosedur perceraian yang terlalu rumit, hingga penerimaan sosial.

“Hasil analisis saya terhadap data dari Pendataan Keluarga 2021 (PK21) milik Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 0,6% penduduk kota Manado, Sulawesi Utara, melakukan kohabitasi,” ungkap Yulinda.

Masih menurut Yulinda dari total populasi pasangan kohabitasi tersebut, 1,9% di antaranya sedang hamil saat survei dilakukan, 24,3% berusia kurang dari 30 tahun, 83,7% berpendidikan SMA atau lebih rendah, 11,6% tidak bekerja, dan 53,5% lainnya bekerja secara informal. (it)

 

13 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
- Advertisment -

Postingan Populer

- Advertisment -

Komentar Terbaru