Isuterkini.com | Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi, memberikan respons tegas terhadap pidato yang disampaikan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada Sesi Debat Umum Sidang ke-79 Majelis Umum PBB.
Dalam pernyataannya, Retno meragukan keinginan Israel untuk mencapai perdamaian yang selama ini diungkapkan. Jadwal pidato antara keduanya berlangsung selang satu hari. Netanyahu berada di podium Majelis Umum pada hari Jumat, (27/09/24), sementara Retno menyampaikan pandangannya di forum yang sama keesokan harinya, pada hari Sabtu, (28/09/24), di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat.
Dalam pidatonya, Retno mengutip ucapan Netanyahu yang menyatakan, “Israel ingin damai…” dan “Israel mendamba perdamaian”. Namun, Retno mempertanyakan kesungguhan dari pernyataan tersebut, “Apa benar? Bagaimana mungkin kita akan percaya pernyataan itu?” Menlu Retno mengungkapkan keraguannya terhadap niat tersebut, terutama karena Israel masih melanjutkan serangan-serangan militer.
Salah satu contohnya adalah serangan udara besar-besaran yang dilancarkan di Beirut, Lebanon. Ia menggarisbawahi, “Kemarin, saat dia di sini, Israel melakukan serangan udara besar-besaran terhadap Beirut yang belum pernah terjadi sebelumnya. PM Netanyahu ingin perang berlanjut. Kita harus menghentikannya, sekali lagi, kita harus menghentikannya.”
Menurut Retno, langkah yang harus diambil oleh negara-negara di dunia adalah memberikan tekanan kepada Israel untuk kembali ke jalur diplomasi, dan mendukung Solusi Dua Negara yang telah lama dibahas. Pernyataan tegas Menlu Retno ini kemudian mendapat sambutan meriah dalam bentuk tepuk tangan dari para delegasi yang hadir di forum tersebut.
Retno kemudian menegaskan kembali beberapa tindakan kolektif yang bisa dan harus dilakukan oleh negara-negara di dunia, sama seperti yang telah dia sampaikan dalam forum-forum PBB lainnya.
“Saya mendesak negara-negara yang belum mengakui Negara Palestina untuk melakukannya sekarang juga! Jika masing-masing dari kita melakukannya, saya yakin hal ini akan berdampak,” ujar Menlu Retno dengan semangat.
Dia menambahkan bahwa pengakuan terhadap Palestina bukan sekadar langkah politik, melainkan juga merupakan investasi untuk menciptakan dunia yang lebih damai, adil, dan berperikemanusiaan. Selain itu, Retno juga menekankan bahwa pihak yang paling berwenang untuk menghentikan kekejaman yang dialami oleh Bangsa Palestina adalah Dewan Keamanan PBB.
“Mandat Dewan Keamanan adalah untuk menjaga dan menciptakan perdamaian, bukan menjaga dan memperpanjang masa perang, atau bahkan lebih buruk lagi, mendukung pelaku kekejaman,” tegasnya, menegaskan pentingnya peran Dewan Keamanan dalam menyelesaikan konflik yang berkepanjangan ini. (it)