Kamis, November 21, 2024
BerandaEkonomi & FinansialRupiah Menguat di Rp16.330 Hari Ini, Diharapkan Kembali Di Bawah...

Rupiah Menguat di Rp16.330 Hari Ini, Diharapkan Kembali Di Bawah Rp 16.000 Per Dolar AS

 

Isuterkini.com|  Refinitiv mengeluarkan data pada perdagangan hari ini,  Kamis (04/07/24) dibuka di Rp16.310/US$. Kemudian pada pukul 9.07 WIB rupiah terus menguat sebesar 0,21% ke Rp16.330/US$. Sementara rilis risalah FOMC menunjukkan tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat.

Berdasarkan rilis risalah terbaru dari The Fed berdasarkan pandangan  pejabat Federal Reserve pada pertemuan terakhir mereka mengakui perekonomian AS tampaknya melambat dan tekanan harga berkurang, namun tetap menyarankan pendekatan wait and see sebelum melakukan penurunan suku bunga.

Meskipun demikian, para pejabat tidak memperkirakan bahwa akan tepat untuk menurunkan suku bunga sampai informasi tambahan muncul untuk memberi keyakinan lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menujutarget 2%.

Pemegang otoritas  kebijakan masih menilai bahwa angka tersebut meningkat dan hanya menunjukkan perbaikan sederhana. Sejak pertemuan terakhir mereka, sebuah fakta yang membenarkan kelanjutan kebijakan moneter ketat meskipun perekonomian tampak melambat dan tekanan harga berkurang , menurut risalah tersebut.

Dikabarkan bahwa sebagian besar peserta menilai bahwa pertumbuhan aktivitas ekonomi tampaknya melambat secara bertahap, dan sebagian besar peserta menyatakan memandang kebijakan saat ini bersifat membatasi, dan oleh karena itu kemungkinan akan semakin mengekang perekonomian dan inflasi, menurut risalah tersebut.

BERITA MENARIK : Rupiah Diprediksi Rawan Melemah Akibat Bank Sentral AS Bimbang Pangkas Suku Bunga

Para pelaku pasar hingga saat ini menilai suku bunga The Fed akan dipangkas dua kali hingga akhir tahun ini. Menurut data perangkat Fedwatch, pemangkasan pertama terjadi pada pertemuan September sebesar 25 basis poin menjadi 5,00% – 5,25%.  Peluangnya sebesar 59,9%. Kemudian pada pertemuan Desember akan terjadi pemangkasan suku bunga sekali lagi sebesar 25 basis poin ke 4,75% – 5,00%.

Penguatan rupiah dinilai belum cukup saat ini. Diharapkan bisa kembali ke level di bawah Rp 16.000 per dolar AS. Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,15% di angka Rp16.365 per dolar AS pada hari ini, Rabu (03/07/24) kemarin.  Apresiasi ini berbanding terbalik dengan pelemahan yang terjadi sehari sebelumnya (02/07/24) sebesar 0,43%.

Menyikapi hal itu, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Komisi XI meminta Bank Indonesia (BI) untuk memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali ke level Rp 15.000. Mereka meminta paling tidak rupiah balik ke Rp 15.900/US$.

Dari penjelasan Dolfie Othniel Frederic Palit Wakil Ketua Komisi XI DPR dari Fraksi PDI Perjuangan mengatakan, DPR sejauh ini telah mengusulkan kepada pemerintah dan BI supaya rupiah balik ke level Rp 15.900. Level itu sebetulnya telah disepakati saat rapat panja terkait nilai tukar rupiah dan inflasi dengan BI dalam asumsi mDolar akro APBN 2025.

BERITA MENARIK : Berisiko Bagi Ekonomi Domestik Dan Global, IMF Bilang Akibat Lonjakan Utang AS

Diketahui kesepakatan antara DPR dan Pemerintah dalam panja itu terkait asumsi nilai tukar rupiah di rentang Rp 15.300-15.900. Lebih rendah dari usulan pemerintah yang berada dalam rentang Rp 15.300-16.000 dan BI yang berkisar antara Rp 15.300-15.700.

DPR telah meminta BI untuk membuat tabel uji elastisitas atau stress test dari setiap pelemahan dan penguatan rupiah terhadap kondisi perekonomian nasional. Seperti setiap pelemahan Rp 100 bagaimana dampaknya ke APBN maupun inflasi.

Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi PKS Anis Byarwati mengatakan, dari hasil tabel stress test itu adalah batas atas dari pelemahan rupiah ialah Rp 16.500/US$. Ekonom senior Telisa Aulia Falianty mengingatkan agar pemerintah, Bank Indonesia dan pihak berwenang lainnya untuk ekstra hati-hati dalam mengawal rupiah.

Dalam penjelasan yang disampakan  Telisa, jika tembus Rp 17.000/US$ kerugian ekonominya akan lebih besar dihadapi masyarakat Indonesia, meski tak sampai menyebabkan krisis moneter sebagaimana saat 1997-1998. Telisa mewanti-wanti pemerintah dan otoritas moneter untuk tidak membiarkan kurs rupiah tembus di level Rp 16.500/US$.

Lebih lanjut Telisa  mengatakan, bila level psikologis itu tertembus dari saat ini di kisaran atas Rp 16.400/US$ akan terus mengakumulasi sentimen negatif pelaku pasar keuangan dari yang sudah bermunculan saat ini, sehingga sulit dijinakkan dan berpotensi merosot sampai Rp 17.000/US$. (it)

 

9 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
- Advertisment -

Postingan Populer

- Advertisment -

Komentar Terbaru